Luthfiyah Zulfaini Silalahi, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Semester 7, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,2023
KOMUNIKSASI KUNCI KEHARMONISAN KELUARGA
Komunikasi
adalah kunci keharmonisan setiap keluarga. Untuk menjalin keharmonisan, maka kita
sebagai orang tua di tuntut memahami dan memiliki komunikasi yang efektif.
Bagaimanasih
komunikasi efektif itu?.
Komunikasi
efektif itu cara orang tua mengarahkan kepada anak dan anaklah yang
menyampaikan gagasan kepada orang tua dalm suasana yang saling memahami dan
dengan kenyamanan. Komunikasi ini di katakan efektif ketika orang tua atau anak
saling bersedia mendengar dan menyampaikan pesan untuk mencapai tujuan
berkomunikasi.
Apasih
manfaat dan tujuan komunikasi?
Nah,
manfaat komunikasi yang baik yaitu anak merasa diperhatikan dan merasa di
cintai orang tua ketika orang tua berkomunikasi yang baik dengan anak. Ketika
orang tua sudah baik berkomunikasi dengan anak maka anak pun akan terbuka
membicarakan semua permasalahan.
Lalu,
orang tua juga lebih mudah menerima ide, keinginan, keluhan, dan apa yang di
harapkan anak, sehingga anak terus mengembangkan perilaku yang baik.
Adapun
tujuan komunikasi yaitu, dengan berkomunikasi dapat menyampaikan perasaan,
pikiran, dan perilaku kepada anak dengan jelas. Dapat memberikan araaagan dan
nilai yang baik kepada anak. Ketika kita berkomunikasi yang baik tujuannya juga
dapat mendampingi anak menemukan jalan keluar dari permasalahannya.
Sebagai
guru, harus memahami komunikasi yang baik dalam tingkatan umurnya. Pada
anak usia 7-9 Tahun, anak belajar mengungkapkan perasaannya, anak sudah dapat
belajar bertanya, belajar mencari pemecahan masalah yang dihadapi, mulai
mencoba bahasa asing atau gaul, belajar memahami perbedaan pendapat, belajar
berteman.
Pada
usia 10-12 tahun, anak pada tingkatan usia ini belajar memahami sebab-akibat,
belajar menyelesaikan suatu permasalahan, belajar mencari teman yang memiliki
minat yang sama, belajar menyampaikan ide dan memberikan saran, belajar
mendapatkan informasi, dan khusus bagi anak perempuan perlu teman bicara untuk
menyampaikan perasaannya.
Kalimat
dari KI Hajar Dewantara, “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya
sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”.
Cara
kita berbicara kepada anak-anak kita akan menjadi suara hati mereka.
Pentingkah
keterampilan komunikasi dikuasai oleh orang tua?.
Sangat
penting keterampilan komunikasi dikuasai oleh orang tua. Keterampilan yang
bagaimana yang dikuasai oleh orang tua?.
Yang
pertama ada keterampilan berempati. Keterampilan berempati ini memposisikan
diru pada situasi yang sedang anak alami. Yang kedua ada keterampilan menyimak.
Pada keterampilan menyimak ini, orang tua mendengarkan pesan-pesan anak dengan
selesai. Lalu posisi orang tua memberikan tanggapan.
Yang
ketiga, keterampilan bertanya. Keterampilan ini mengajukan pertanyaan yang
merangsang anak untuk berpikir. Yang ke empat, keterampilan bercerita.
Keterampilan ini orang tua bercerita dengan bahasa yang dapat di pahami anak
dengan tekanan suara yang sesuai dengan ceritanya. Yang ke lima, keterampilan
memberikan umpan balik. Keterampilan ini orang tua memberikan tanggapan
sehingga anak dapat mengungkapkan lebih jelas maksudnya.
Bagaimanasih Kiat Meningkatkan Komunikasi Efektif dengan
Anak SD ?
Pahami terlebih dahulu situasi anak. Sebagai orang tua,
kita memahami dulu bagaimana situasi anak. Lalu, setelah kita paham bagaimana
situasi anak, pada saat itulah komunikasi yang efektif untuk kita mendekatkan
diri pada anak.
Tatap mata anak dengan posisi sejajar. Pastikan anak
merasa nyaman dan diperhatikan ketika berkomunikasi.
Lihat ekspresi wajah anak. Bertanyalah kepada anak
tentang apa yang sedang terjadi.
Bicaralah dengan nada suara tenang dan pelan. Anak tidak
hanya memperhatikan pesan yang disampaikan, tetapi juga memperhatikan cara kita
menyampaikan pesan.
Ajukan pertanyaan terbuka yang membuat anak dapat bercerita
lebih banyak, misalnya: “Apa kegiatanmu hari ini?”
Lakukan kegiatan bersama yang memungkinkan terjadinya
komunikasi dengan anak, seperti membaca
buku, berolahraga, atau memasak.
Hindari memotong pembicaraan anak. Berikan kesempatan
kepada anak untuk bercerita hingga selesai. Apabila sedang sibuk, sampaikan kepada
anak waktu yang disediakan untuk mendengarkan cerita anak.
Hindari benda atau situasi yang mengganggu selama
berbicara dengan anak, misalnya menerima telepon atau menonton televisi.
Hindari menguasai pembicaraan, terutama dalam menjawab pertanyaan
atau menghadapi perilaku negatif anak.
Lebih baik menceritakan pengalaman Ayah dan Bunda pada
masa kecil yang mirip dengan pengalaman anak.
Bersikaplah tenang dan bersabar agar anak berani
bercerita tentang kesalahannya.
Gali informasi sebanyak mungkin agar mendapatkan solusi
bersama-sama.
Hindari topik pembicaraan yang berulang, seperti nilai
pelajaran.
Ajukan pertanyaan dengan beragam topik, seperti: pengalaman
lucu di sekolah, perasaan anak hari ini, atau perilaku teman yang seru.
Bagaimanasih Cara Meningkatkan Komunikasi?
Setiap
orang tua mempunyai pengalaman yang baik dalam berbicara, setidaknya satu pengalaman. Bagikan cerita pengalaman
baik Anda kepada orang tua lainnya. Tanyakan pengalaman baik dari
orang tua yang lain.
Gunakan beberapa contoh pertanyaan contoh berikut ini:
Coba ingat pengalaman Ayah dan Bunda ketika berkumpul
bersama anggota keluarga.
Bagaimana ceritanya?
Siapa yang memulai percakapan?
Siapa yang memberikan tanggapan positif?
Pertanyaan adalah pembuka komunikasi yang efektif.
Pertanyaan yang baik akan menjadikan komunikasi efektif.
Apa yang Ayah dan Bunda rasakan?
Apa kiat-kiat komunikasi yang berhasil
dilakukan di keluarga Ayah dan Bunda?
Pertanyaan adalah pembuka komunikasi yang efektif.
Pertanyaan yang baik akan menjadikan komunikasi efektif.
Apa kejadian lucu di sekolah hari ini?
Siapa teman yang membantumu di sekolah?
Apa yang kamu rasakan saat berkemah?
Permainan apa yang kamu lakukan sore tadi?
Beberapa contoh pertanyaan yang menarik:
Pertanyaan adalah pembuka komunikasi yang efektif.
Pertanyaan yang baik akan menjadikan komunikasi efektif. Ganti pertanyaan, ubah
pola komunikasi keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar